Jumat, 23 Desember 2011

Akhir Cerita Sebuah Keluarga

Selamat datang dan Selamat membaca, semoga kalian suka. Amiiinnn... eka tunggu komentarnya ya ,,, ...

Ini dia

Akhir Cerita Sebuah Keluarga

Sebuah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan tiga orang anak.

Awal terbentuk keluarga ini sangat harmonis, namun seiring berjalannya waktu keluarga ini semakin banyak mendapat rintangan dan hambatan dalam kesehariannya.

Lahir anak pertama, keluarga ini sangat bahagia layaknya keluarga-keluarga lain yang baru mendapat anggota baru.

Lahir anak kedua, masalah mulai muncul, mulai dari sang suami jarang pulang ke rumah bahkan sampai berminggu-minggu. Sang istri yang awal-awal percaya dan yakin sang suami bukan sengaja melakukan itu, melainkan tututan pekerjaan, tapi semakin lama kebiasaan itu semakin menjadi-jadi. Bukan hanya jarang pulang ke rumah, tapi kini sang suami juga jarang memberikan nafkah pada keluarga. Keluarga sang istri sudah sering kali mengingatkan sang istri, untuk tidak terlalu percaya pada suami, tapi karena sang istri sangat mencintai suaminya, ia tak pernah menghiraukan perkataan keluarganya itu. Sampai suatu hari, saat sang suami tengah tertidur pulas karena kecepean baru tiba di rumah sejak pergi dua tahun yang lalu, sang istri membuka tas bawaan suaminya. Di sana ia menemukan sebuah foto seorang wanita cantik dan secarik kertas yang bertuliskan:

Bang, perginya jangan lama ya

Kasian anak kita

Aku sayang kamu

Istrimu tercinta

Setelah membaca surat itu, sentak dada sang istri sesak dan butir-butir mutiara berjatuhan dari matanya. Ia tersungkur di bawah ranjang tempat dimana suaminya tengah tertidur lelap, ia pandangi foto gadis itu dengan dada yang sangat-sangat sesak dan ia berkata lirih “siapa kamu?. Siapa yang salah dari semua ini?. Tolong jawab aku” mutiara-mutiata itu kian membanjiri dan membasahi foto itu. Setelah berkata seperti itu sang istri terbaring lemas di tempat, ia tak bertenaga hingga untuk memegang secarik kertaspun ia tak mampu. Dalam lemasnya ia berkata “mas. Apa salah ku?. Tega nian kau perlalukan ku seperti ini mas. Apa salahku. Aku mencintaimu mas, aku menyayangimu. Aku pasrahkan hidup dan matiku padamu mas. Apa lagi?. Inikah jawaban dari semua tanyaku mas?. Mengapa kau menghianatiku?” sang istri tak sanggup lagi ia pasrah dan benar-benar kecewa, ia naik ke ranjang dan berbaring menghadap ke suaminya dan mengusap lembut wajah suaminya sambil meneteskan mutiara keruh yang sangat menyakitkan. Lalu diciuminya kening dan pipi suaminya, ditengah gelapnya ruangan itu sang suami terbangun dan berkata dengan suara yang sangat parau “beluum tidur dek?. Sudah malam ni, tidur yuk” lalu memeluk istrinya. Sedang sang istri terus meneteskan air mata.

Keesokan harinya sang suami pamit untuk pergi ketempat kerja lagi. “dek, mas pergi dulu ya. Ndak enak sama bos takut dikirain cari-cari kesempatan buat bolos. Jaga anak-anak ya” lalu pergi begitu saja tanpa melakukan kebiasaannya saat awal-awal mereka menikah (cium kening). Dengan berat hati sang istri melepas kepergian suaminya. Bukan senang, sang istri justru menangis tersedu di teras depan rumahnya, “mas, kenapa kamu gak jujur sama aku?”. Kakak sepupu sang istri yang kebetulan tinggal di rumah sebelah tidak sengaja mendengar tangisan itu pun mendekati sumber suara. “ada apa tumben kamu nangis gak seperti biasanya?”. Sang istri tidak menjawab ia hanya memberi isyarat agar kakak sepupunya itu masuk mengikutinya. Tiba di ruang tamu, sang istri menangis makin menjadi-jadi ia tak berani mengangkat kepalanya menatap kakak sepupunya. “ada apa lagi ndok?”. “mas, mbak. Mas”. “kan sudah mbak bilang dari dulu, kalau suamimu itu gak beres. Mbak suruh minta cerai kamunya yang gak mau, ya, begini ini jadinya. Mau bagaimana lagi, kamu mau cerai atau mau diginikan terus. Semua keputusan ada ditangan kamu ndok. Mbak sih terserah kamu aja”. Mendekati adiknya dan memeluknya. “sudah, jangan nangis lagi, kamu kan perempuan yang kuat. Sudah ya”. “mbak, aku gak apa-apa kalau dia mau menikah lagi. Aku Cuma mau dia jujur sama aku, bilang sama aku. Bukan diam-diam kaya gini” menangisnya pun makin menjadi-jadi.

Waktu terus berlalu, tiga tahun kemudian. Anak tertua mereka kini sudah duduk di bangku kelas dua smp dan anak ke dua baru masuk sd.

Anak-anaknya tengah pergi ke sekolah dan sang istri sedang menggendong anak bungsunya yang baru berusia dua tahun. Datang seorang tukang pos membawakan surat yang entah siapa pengirimnya. Saat tukang pos itu pergi, sang istri masuk ke rumah duduk di kursi yang ada di ruang tamu lalu membuka surat itu. Dan ternyata surat itu berisi surat gugatan cerai dari sang suami. Sontak itu pun membuat sang istri pingsan sedang anak bungsunya yang masih dalam gendongannya menangis. Tak lama kemudian anak-anaknya yang lain pulang dari sekolah, mereka yang menemukan ibunya dalam keadaan pingsan sangat sangat terkejut dan mereka menangis histeris memanggil manggil ibu mereka. Anak yang tertua menggendong anak yang bungsu, sedangkan anak tengah pergi ke rumah sebelah untuk minta bantuan.

Rumah sakit. Sang istri sadar, ia mencari-cari anak bungsunya. “dek, adek dimana?”. Lalu seorang dokter masuk, “ibu tidak usah khawatir, anak ibu sedang bersama kakak-kakaknya dan bibi mereka di luar. Sekarang ibu istirahat saja, ibu tadi hanya kecapean kurang istirahat”. “dok bisa tolong panggilkan mereka, untuk saya dok?”. Dokter itu tersenyum “bisa bu, tunggu sebentar ya” lalu keluar.

Di dalam ruang perawatan sang istri, kakak sepupunya menggendong anak bungsunya, anak sulungnya memeluk anak tengah, mereka semua mengelilingi sang istri. Sang istri minta si bungsu dan ia pun menciumi anaknya itu dengan penuh rasa rindu. Lalu anak sulung dan tengahnya juga. “mbak, jagakan mereka ya. Rawat mereka untukku.” “iya, ndok. Kamu nggak usah khawatir. Yang penting kamu sebuh aja, itu aja kok. Kamu jangan terlalu banyak pikiran, kasian nanti anak-anakmu, ndak kerawat.” Sang istri berusaha untuk tersenyum, namun apa yang terjadi yang ada justru air mata yang keluar. semua yang ada di ruangan itu terkejut. “ma, jangan nangis. Kakak gak suka liat mama nangis, nanti kakak juga ikut nangis” ucap si sulung lalu mendekap ibunya yang terbaring lemas di ranjang. Lalu diikuti si tengah. “kalian jangan nakal ya, kasian nanti bibi. Kalian harus nurut sama bibi. Ingat jangan suka keluar rumah tanpa izin. Mama sayang sama kalian” lalu mencium pipi kedua anaknya. “iya ma” jawab kedua anaknya bersamaan lalu mencium balik ibu mereka.

Keesokan harinya. Kakak sepupu sang istri tengah menyapu di ruang tamu, tidak sengaja ia menemukan surat gugatan cerai yang ditujukan pada adiknya. Ia terkejut dan langsung bergegas pergi ke rumah sakit, tapi apa yang terjadi sang istri sudah tak bernyawa. Ia memutuskan selang impusnya dan membiarkan darahnya keluar sampai akhirnya ia kehabisan darah dan meninggal. Kakak sepupunya menangis dan memeluk erat tubuh si bungsu yang ada di gendongannya.[RES]

Tamat

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan eka ini... J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang sudah baca-baca di BLOG ini,,, saya harapkan,,, meninggalkan pesannya. Ukkeh !!! ,,,
Sebagai tanda kenalan