Minggu, 18 Desember 2011

Awal Yang Indah (MUNGKIN)

Selamat datang ... J

EKA muncul lagi ni ,,, ...

Maaf ya, lama ... ,,, L

Ulangan semester biasa ,,, ...

Sibuk “BELAJAR”

Kali ini EKA coba nulis sesuatu yang berdasar pada ... EKA

Selamat membacaaa ...

Awal Yang Indah (MUNGKIN)

Malam yang seperti biasanya, aku dan keluargaku melewatinya dengan aktivitas masing-masing. IBUku tengah masak, AKU dan pamanku yang bernama DANI makan, AYAHku ke surau, ADIKku main game di laptop, dan PAMANku yang lain jalan-jalan (biasa anak muda, malam minggu). Aku yang kebiasaan menggunakan headphone saat itu tengah terhanyut dalam alunan indah melodi yang mengalun di telingaku tak mendengar paman yang duduk di hadapanku memanggil dan mengajakku bicara.

Pamanku melepaskan headphone di telinga kananku lalu berkata, “besok mang dani mau jalan-jalan ke Singkawang” dengan nada seperti setengah pamer.

“kapan pulangnya?” tanyaku terkejut bercampur iri.

“sebelum natal” jawab pamanku singkat.

Ibuku yang tengah masak ternyata mendengarkan pembicaraan kami dan ikut menimpali, “sekarang baru tanggal berapa? Pulangnya nunggu mau natal”.

“tanggal 17” jawabku singkat.

“sekarang baru tanggal 17, natal tanggal berapa? Seminggu lah tu di sana” ibuku kembali bicara dengan nada yang sepertinya kurang setuju dengan rencana pamanku.

“nginap tempat temankah mang?” tanyaku sambil terus menyantap makanan di piringku.

“em, rumah dinas orang rumah sakit” jawab pamanku lalu menyantap makanannya.

“siapa-siapa jak mang yang ikut?” tanyaku penasaran.

“aan, banyaklah”.

“dia, mmm tai’ sapi ikut gak?” tanyaku penasaran dan agak ragu.

“ndak”

“mmm, dah eka duga. Pasti pulang kampung tu”

“iyalah” tambah pamanku, menyakinkan.

Lalu dari luar terdengar AAN memanggil “ni”.

“u” jawab pamanku singkat lalu dengan cepat melahap makanannya.

Ibuku yang baru selesai masak kembali bicara “itu jawab atau marah”.

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan ibuku itu sambil terus melahap makananku.

“jawablah” jawab pamanku singkat. Lalu kembali bicara dengan nada yang lebih tinggi “an, kau udahkah ngambil ... (lupa)?”

Dari luar aan menjawab, “ni lah mau ngambil” (hehe, lupa jawaban sebenarnya apa).

Setelah melahap habis semua makanannya pamanku berlari menemui aan yang dari tadi menunggu di luar.

Waktu berlalu, aku masuk kamar dan menyalakan laptop lalu menyetel DVD yang belum selesai ku tonton, saat itu jam menunjukkan pukul 20.33, dengan cepat aku terlarut dalam alur cerita yang mengharukan.

Aku terbangun, menatap laptop di depan mataku yang masih menyala , film yang tadinya aku tonton sudah selesai. Ku pandangi jam di laptop dan aku agak terkejut melihat jam yang menunjukan sudah pukul 02.35. Aku yang masih penasaran dengan jalan cerita film yang tadi aku tontonpun menyetel ulang film tersebut, namun malang perutku tidak bisa diajak kompromi ia meraung-raung dan itu membuatku keringat dingin, yang pada akhirnya aku menyerah lalu pergi ke belakang. Setelah menyelesaikan masalah dengan perutku, aku kembali ke kamar dan melanjutkan menonton. Kali ini aku bisa menyelesaikan film itu tanpa hambatan apapun. Aku yang masih mengantuk melanjutkan tidur (teng tereng teng teng, sesuatu yang mengarah pada judul cerita inipun terjadi).

{Aku baru selesai mandi dan masih mengenakan kain handuk menuju jemuran di belakang , untuk menjemur dalaman pakaianku yang sudah sekalian ku cuci saat mandi. Tapi anehnya tiba-tiba seekor kambing masuk dan menuju ke ruang tengah, aku yang terkejut langsung menarik tanduk kambing itu dan menyeretnya ke gudang dan menguncinya. Setelah menjemur pakaian aku kembali membuka gudang dan menarik kambing itu keluar.

Aku dan teman-temanku juga orang banyak tengah menyaksikan sebuah pertandingan di sekolahku dan kami semua duduk di tribun, saat pertandingan tengah tegang-tegangnya ada sepasang kekasih yang bertengkar dan hal itu sangat-sangat mengganggu kami yang tengah asik menyaksikan pertandingan itu. Orang-orang yang merasa terganggu dengan ulah sepasang kekasih itu hanya menggerutu, berbeda denganku yang langsung menegur sepasang kekasih itu.

Aku menoleh ke arah sepasang kekasih itu dan berkata dengan nada yang sangat-sangat tidak suka sambil melotot, “kalau mau ribut, jangan di sini. Gangguin orang lagi nonton aja, sana tu di parkiran kalau mau rubut” lalu kembali menghadap ke lapangan.

Ternyata tak jauh dari sepasang kekasih itu ada seseorang yang sepertinya aku kenal memperhatikanku dari tadi, aku yang tidak sadar terus saja menonton dan sesekali bicara dengan teman di sebelahku.

Pertandingan usai, aku dan keempat sahabatku pergi ke taman belakang sekolah. Hari yang sudah senja membuat ku duduk terpaku di bawah pepohonan rimbun itu, sambil menatapnya dan sesekali melihat keempat sahabatku yang tengah minum di kantin yang tak jauh dari tempatku berada. Tiba-tiba seseorang datang dan langsung duduk di pangkuanku, itu tentu saja membuatku terkejut dan juga kesakitan (orang itu tubuhnya lumayan besar). Orang itu membetulkan duduknya lalu membalikkan kepalanya hingga berhadapan denganku dan itu jaraknya sangat-sangat-sangat dekat, membuat wajahku memerah.

Aku yang tadinya duduk dengan kedua kaki dilonjorkan dan kedua tangan menopang tubuh, menarik tanganku lalu berkata, “bang, berat”.

Orang itu lalu berkata, “terserah mau ngapain abang”.

Aku tentunya bingung dengan kata-kata orang itu, dengan agak ragu aku memegang tangan kanannya, “bang” sambil kesakitan menahan berat badan orang itu.

Orang itu lalu menarik tanganku yang tadi memegangnya dan juga tangan kiriku hingga tampak seperti aku sedang memeluknya dari belakang, ia memegang kedua tanganku erat dan aku yang tak bisa mengelak getaran yang semakin nyata di dadaku pun akhirnya benar-benar memeluknya dengan tidak lagi menghiraukan kakiku yang kesakitan. Ku pejamkan kedua mataku dan ku sandarkan kepalaku di punggungnya (hangaaat sekali).

Waktu berlalu, kini gantian bulan yang memencarkan sinarnya. Dan entah bagaimana ceritanya, aku bisa berada di pangkuan dan pelukan orang itu.}

Ibu membangunkan adikku (kamar depan kamarku). Adikku yang masih belum mau bangun, membelakangi ibuku yang sudah membukakan kelambunya.

“ayo ijal bangun, udah siang ni. Jangan niru yang belum bangun” ucap ibuku sambil mengangkat tubuh adikku agar membuka matanya.

Aku yang entah bagaimana ceritanya bisa mendengar itu pun bicara,”ijal jangan niru teteh. Teteh udah tadi jam 4” lalu membetulkan selimut dan berniat melanjutkan tidur lagi.[RES]

TAMAT

Bagaimana ceritanya ??? bagus gak ??? kalau bagus,,,... apanya yang bagus? Dan kalau jelek,,,... apanya yang kurang?

Tinggalkan komentarnya yaaa ... ,,,

EKA tunggu ... :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang sudah baca-baca di BLOG ini,,, saya harapkan,,, meninggalkan pesannya. Ukkeh !!! ,,,
Sebagai tanda kenalan