Selasa, 29 November 2011

RAHASIA HATI Eps 3

EKA kembali lagiii ...

Hehehe

Selamat membacaaa ...

Rahasia Hati

Eps. 3

Kembali kampung halaman Syirfa. Syirfa dan Rendi tiba di rumah bibi Syirfa. “masuk dulu Ren” tawar Syirfa setelah memarkirkan sepedanya. “oh, tidak usah. Rendi langsung pulang aja. Kalau gitu rendi pulang dulu ya salam buat bu Euntin. Bilang maaf Rendi gak sempat ketemu dulu, mau bantu papa di ladang. Sekali lagi Rendi minta maaf untuk masalah tadi. Assalamualaikum”. “iya gak apa-apa, waalaikumsalam. Hati-hati”. “iya” jawab Rendi setengah teriak karena jaraknya yang sudah agak jauh dari Syirfa. Syirfa masuk dan langsung ke dapur, di sana ia langsung memotong-motong sayur yang tadi dibelinya, setelah selesai dipotong dicuci dan dimasukkan ke kotak-kotak sayur yang sudah tersedia lalu dimasukkan ke kulkas. Ia lalu ke ruang keluarga dan di sana ia bertemu bibi, “eh, Syirfa tos dongkap. Rendina mana ?”. “Rendi nya langsung pulang bi, mau bantu ayahnya di ladang. Dia minta maaf tidak sempat bertemu dulu dengan bibi”. “oh, tidak apa-apa. Sini, makan buah kesukaan kamu. Tadi Rendi yang bawa”. Syirfa lalu duduk di samping bibinya, mereka berbincang-bincang sambil makan buah apel pemberian Rendi.

Keesokan harinya. Sore. Syirfa tengah bersepeda di kebun teh, ia mengambil beberapa foto untuk dikirimkan ke Rieka sahabatnya yang kini tengah di Medan. Saat mengambil foto sebuah pohon besar yang ada di bawahnya ada kursi ia tak sadar kalau di sekitar situ ada Rendi. Rendi yang sadar kalau dirinya difoto menoleh ke arah Syirfa, tapi lagi-lagi Syirfa tidak menyadarinya. Rendi lalu diam-diam mendekatinya dan mengagetkannya yang membuat Syirfa terkejut dan tidak sengaja kakinya menginjak batu lalu ia terpelesat posisi tangannya merangkul pundak Rendi dan merekapun jatuh hingga terjadilah hal yang sangat tidak diharapkan keduanya, bibir Rendi tepat mendarat di atas bibir Syirfa. Bukan langsung bangun keduanya justru saling melotot kaget, kurang lebih satu menit hal itu terjadi dan mereka sama-sama menahan nafas. Terdengar derap lagkah kaki seseorang yang berlari ke arah mereka, keduanya pun bangun dengan wajah sama-sama merah. Ternyata yang berlari itu adalah SHELDI adik perempuan Rendi yang kini duduk di bangku kuliah semester terakhir, awalnya ia agak curiga melihat wajah abangnya yang memerah. Tapi cepat-cepat menepisnya “bang, disuruh mama jemput papa di toko. Mama gak sempat masih banyak kerjaan di rumah, kalau masalah kalung mama biar Sheldi aja yang nyari. Tadinya sih mama nyuruh Sheldi, tapikan abang tau kalau Sheldi gak bisa pake motor. Heheh” Sheldi berusaha meyakinkan abangnya. “hm, iya abang yang jemput. Tapi sampai ketemu ya kalungnya baru pulang”. “iya” jawab Sheldi singkat lalu mencari kalung itu. “Syir, aku pergi dulu ya, mau jemput papa. Daaa” Rendi pamit pada Syirfa sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “iya, hati-hati”. Syirfa lalu menghampiri Sheldi yang tengah mencari kalung ibunya yang jatuh ketika sedang memetik daun teh tadi pagi. “hai, boleh kenalan ?” tanya Syirfa sedikit malu-malu. Sheldi menoleh dan senyum, “boleh, aku Sheldi. Kamu ?” jawab Sheldi sambil menyorongkan tangannya. “oh, kalau saya Syirfa. Adiknya Rendi ya ?”. “iya. Sejak kapan kenal dengan bang Rendi ?” tanya Sheldi sedikit mengorek informasi tentang Syirfa. “baru kemarin, itu juga gara-gara bibi yang minta tolong Rendi untuk menyusul Syirfa ke pasar. Kalau boleh Syirfa tau, Sheldi sekarang kuliah sekolah atau kerja ?”. “kuliah semester terakhir di UBS, kalau kamu ?” tanya Sheldi balik. “Syirfa baru mau daftar kuliah, ini juga masih ragu mau daftar kemana. Kalau boleh minta saran bagusnya kemana ya Shel ? Syirfa tidak begitu mengerti bagaimana memilih universitas”. “oh, kalau masalah itu tanya dengan bang Rendi aja, dia yang lebih mengerti. Maaf bukannya tidak mau bantu, tapi Sheldi memang tidak tau”. “ukkkeh”ucap Syirfa sedikit kecewa. Lalu mereka melanjutkan mencari kalung yang hilang itu.

Di rumah keluarga Rendi. Rendi yang baru pulang menjemput papanya langsung masuk ke kamar dengan masih sedikit malu-malu karena peristiwa di kebun teh tadi, ia tak mendengar mamanya yang memanggil menyuruhnya membantu adiknya mencari kalung. Tiba di kamarnya Rendi langsung duduk di ranjang sambil memegang bibirnya dan ketika itu juga ia ingat kejadian di kebun. Ibunya mengetuk pintu kamar lalu masuk dan mendapatkan putranya tengah senyum-senyum sendiri lalu kemudian ia bertanya “aya naon Ren ? teu biasana maneh ciga kieu ?”. dengan sedikit malu-malu Rendi menjawab “teu aya nanaon. Aya naon mah ?” tanya Rendi balik. “maneh bantuan Sheldi neangan kalung nu lengit, karunya Sheldi neangan sorangan”. “eunya mak” jawab Rendi lalu menyalami ibunya. “assalamualaikum”. “waalaikumsalam”. Rendi keluar dari kamarnya dan ia teringat akan Syirfa membuatnya bersemangat membantu adiknya, tapi ketika ia baru hendak melangkahkan kakinya keluar dari rumah Sheldi sudah berada di hadapannya dan itu membuatnya agak kecewa. Sheldi dan Sheldi pun masuk ke rumah. Di ruang tamu. “ibu, ini kalungnya ketemu” Sheldi lalu menyerahkan kalung itu pada ibunya. “uh, hatur nuhun” lalu memeluk Sheldi. “lain Sheldi mak nu menak”. “saha atuh?” tanya ibunya sedikit penasaran. “rarencanganna aa’. Anjeunna bager mak. Bade asup kuliah, tadi dia juga sempat minta saran dari Sheldi gimana cara milih universitas yang bagus”. “maneh jawab naon ?”. “yah, sheldi bilang aja kalau Sheldi juga gak tau dan Sheldi suruh dia tanya sama abang aja”. Mendengar itu wajah Rendi kembali memerah dan itu membuat ibu dan adiknya bertanya-tanya karena Rendi yang selama ini cuek terhadap perempuan kini tiba-tiba aneh saat mendegar nama Syirfa . “eh, mak ? Syirfa teh sah ?”. Ibunya menggeleng “emak ge teu nyaho, tanya abangmu lah, kan dia yang duluan kenal”. Sheldi lalu bertanya pada Rendi “a’, Syirfa teh saha ?”. “keponakanna bi Euntin, anjeunna ”. “oh, pantesan aja cantik, kaya bibinya” goda Sheldi pada Rendi sambil menyenggol pundak ibunya dan lagi-lagi Rendi seperti orang salah tingkah. “kalau begitu kamu ajak dia jalan-jalan dong sayang, sekalian biar kalian akrab”. “iya ma, tapi ntar deh ma. Tadi waktu kami sedang mencari kalung, Sheldi gak sengaja liat lutut telapak tangan dan keningnya luka, sayang sekali kulitnya yang mulus itu lecet. Kaya bekas jatuh gitu”. “parah nteu Shel ?” sergah Rendi khawatir. “lumayanlah” ibu dan Sheldi saling berpandangan.

Malam harinya. Rendi baring di kamarnya dengan gelisah memikirkan Syirfa, ia tidak bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 2.

Satu minggu kemudian. Sore. Di kampung halamannya Rieka sedang berenang di kolam renang belakang rumahnya, saat istirahat di kursinya, ia tiba-tiba teringat kenangan saat ia masih kecil dulu (ia dan sahabatnya tengah bermain di tepi kolam itu. Saat itu ia dan sahabatnya kejar-kejaran dan tanpa sengaja Rieka yang tidak bisa berenang terpeleset ke dalam kolam, sahabatnya yang melihat itu langsung terjun menyelamatkan Rieka padahal sahabatnya itu juga tidak bisa berenang, tapi entah bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan Rieka). Kembali ke masa sekarang, Rieka sejenak termenung mencoba mengingat siapa sahabatnya itu, tapi memorinya tentang itu sepertinya sudah memudar sehingga dia tidak bisa mengingat siapa nama sahabatnya itu, yang dia ingat hanya kalau sahabatnya itu seorang laki-laki. [RES]

BERSAMBUNG ...

TUNGGU LANJUTAN CERITAANYA LAGI YA ...

Semoga gak bosan ,,, J J J

LOVE YOU ...

Komentarnya jangan lupa di bawah !!!

UKKKEHHH !!!

EKA tunggu ... J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang sudah baca-baca di BLOG ini,,, saya harapkan,,, meninggalkan pesannya. Ukkeh !!! ,,,
Sebagai tanda kenalan